Rabu, 10 April 2024

Cacar api atau cacar ular, momen mengagumi kemahakuasaan Nya secara langsung

 


Sumber foto: 
halodoc.com/kesehatan/herpes-zoster

Takjub mengamati ruam merah berisi cairan bisa serempak berada di satu garis setengah lingkaran, melingkari punggung bagian kiri hingga bagian depan. Hanya di sebelah kiri, tak mengganggu badan yang kanan.. mulai dari bintik merah kecil, membesar, seperti melepuh, rasa nyeri yang makin ga bercanda, ruam-ruam baru yang terus muncul.. dan kayaknya tak lama lagi dia pecah.


Mungkin karena sensasi nyeri yang intens tidak berhenti sebelum ruam merah keluar, serta rasa panas seperti terbakar setelah ruam muncul, dikatakan lah dia cacar api. Mungkin karena munculnya satu garis melingkari setengah badan, dikatakan lah dia cacar ular.


Dulu mengira kalau penyakit ini akibat virus yang berasal dari kucing. Setelah membaca berbagai literatur, ternyata dia berasal dari virus cacar yang bangun dari dorman. Bukan virus yang ditularkan oleh kucing.


Baru mengetahui, ternyata setiap orang yang pernah sembuh dari cacar air, virusnya tidak pernah mati atau pergi dari tubuh. Virus hanya tidak aktif atau tidur dan berpindah ke sel saraf di sum sum tulang belakang, bisa juga virusnya berdiam di otak.


Selama fase dorman tidak ada apapun yang terjadi, tidak menyakiti dan tidak merugikan. Sampai pada satu kondisi, virus yang berdiam di sel saraf ini bangun dan aktif lagi. Virus yang aktif akan memengaruhi sel saraf di kulit menimbulkan gejala ruam, bintil-bintil kemerahan berisi air. Inilah dia herpes zoster.


Belum diketahui apa yang menyebabkan virus bernama Varicella Zoster yang dorman di sel saraf ini bisa aktif kembali. Memang tidak semua orang yang pernah mengalami cacar air akan mengalami herpes zoster. 


Ada beberapa kondisi yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami herpes zoster: usia rentan (di atas 50 tahun), stres, dan daya tahan tubuh yang lemah.


Jadi, orang menderita herpes zoster atau cacar api bisa jadi bukan karena tertular. Terutama bagi mereka yang pernah mengalami cacar air. Bisa jadi mereka terkena herpes karena virus yang berdiam dalam sel sarafnya aktif kembali. Karena herpes zoster adalah kelanjutan dari penyakit cacar air.


Namun, penderita cacar api bisa menularkan virus ini kepada orang lain, yaitu saat ruam merah pecah dan cairannya mengenai orang lain.


Ala kulli hallin, alhamdulillah akhir Ramadhan hingga lebaran tahun ini berteman dulu dengan cacar api.. 


Sakit ini adalah pesan cinta dari sang Maha Pencipta, supaya makin mahir merenungi dan mensyukuri berbagai nikmat hidup yang didapat, juga semakin empati kepada saudara-saudara yang kurang beruntung lainnya.. 


Apalagi saudara muslim di Palestina. Cacar api di kulit ini hanyalah penderitaan seujung kuku bila dibandingkan penderitaan yang mereka rasakan... Allahu yarham, rahmati dan lindungilah saudara-saudara kami di Palestina dan di mana pun berada, amiin 🤲.

Selasa, 13 Desember 2022

Sharing is caring: Pengalaman Pertama Jadi Ibu

Era sosial media di tengah masa pandemi seperti sekarang, ada banyak sekali informasi yang dengan mudahnya tersebar. Bisa informasi positif, banyak juga yang negatif. Kali ini aku mau membagikan pengalamanku sendiri, pengalaman pertama menjadi ibu dengan segudang kefantastisannya. 


Menjadi ibu menjelang usia 36 tentu tidak mudah, ya walaupun momen kehamilan yang dihadapi setiap orang seringkali tidak mudah di awal. Yup, pasti bukan hanya karena faktor U, ya. Nah, hal inilah yang jadi kesadaran aku sejak pertama kali program hamil, sampai akhirnya benar-benar hamil. Aku coba selalu bangun afirmasi positif aka positif thinking atau bahasa anak-anak pengajian sering disebut khusnudzhan, berprasangka baik sama Allah SWT dalam setiap hal.

Mengapa harus khusnudzhan? Karena bukan hanya itu diperintahkan Allah SWT, ternyata itu juga baik buat ibu dan buat calon bayi yang masih di dalam perut. Berbagai kekhawatiran selalu diusahakan dikembalikan ke Allah, bahwa kalau apa yang dikhawatirkan benar-benar terjadi, pastinya Allah juga sudah menetapkan kebaikan di sana. Prakteknya tentu ga mudah ya.. Iyah, betul sekali.


Apa aja sih afirmasi positif yang aku bangun semasa kehamilan? Diantaranya

- aku sejak program hamil merencanakan untuk melahirkan normal pervaginam. Aku sadar usiaku udah di titik kritis awal, tapi aku yakin Allah itu maha baik. Allah sudah siapkan tubuh para wanita untuk siap menjalani kehamilan dan proses melahirkan. Maka segala hal untuk menjaga fungsi tubuh agar bisa menjalankan tugas mengandung dan melahirkan dengan baik dan sehat, seoptimal mungkin aku usahakan.

Sebenarnya sharing-sharing ini bisa dibagi dalam beberapa bagian. Yang pertama ikhtiar menjemput impian kehamilan, yang kedua perjalanan selama kehamilan, dan yang ketiga prosesi melahirkan yang waw sejuta warna. 


Tapi yang paling aku ingin bagikan itu justru bagian yang ketiga. 



Ibu Dari Dua Jagoan

MasyaAllah.. dari judulnya saja udah pada tau lah ya artinya.. 😊

Iya, benar sekali. Kalau di postingan sebelumnya statusku masih ibu anak satu, alhamdulillah hari ini aku sudah jadi ibu dari 2 orang anak, keduanya jagoan alias Ikhwan.. ❤️❤️. MasyaAllah, Tabarakallah.. 🤲

Postingan sebelumnya kelihatan banget aku begitu bersemangat membagikan kisahku menjalani promil sampai melahirkan secara alami, namun tidak begitu peristiwanya di persalinan yang kedua ini. Qodarullah wa maa sya'a fa'ala, aku harus melewati Sectio Caesarea atau operasi sesar. 

Keinginan yang begitu besar untuk kembali menjalani persalinan normal harus diuji dengan pilihan SC. Banyak sekali yang bisa dijadikan pelajaran, terutama saat detik-detik melahirkan. 

Berbagai persiapan fisik dan psikis selama mengandung selalu dengan sadar diupayakan, karena jarak kelahiran sangat dekat, hanya satu setengah tahun dengan kelahiran sebelumnya. Memang ga mudah, beberapa tantangan yang harus aku jalani diantaranya masih aktif menyusui si Abang selama 9 bulan mengandung; usia yang menginjak 37; sampai roller coaster kehidupan sehari-hari; selalu diupayakan diafirmasi sepositif mungkin. Semua demi tetap semangat dan nyaman saat lahiran nanti..

Kejadian ga diduga itu akhirnya datang juga. Aku mengalami KPD atau Ketuban Pecah Dini. Menurut Bu Bidan karena aku aktif menyusui selama hamil sehingga memicu ketuban pecah dini. Secara bulan, kandungan memang sudah masuk 38 pekan, artinya Adik memang sudah siap untuk lahir dan cukup bulan. Kalau sudah cukup bulan, kenapa masih disebut KPD? Karena ketuban pecah sewaktu pembukaan masih 2 cm, yang kalau si ibu ingin lahiran normal, idealnya ketuban pecah saat bukaan 10, minimal mendekati 10. 

Kebayang dong ya gimana campur aduknya perasaan aku saat mendengar si Ayah ngobrol dengan ibu bidan di ruang UGD Puskesmas Kecamatan dekat rumah.. intinya ibu-ibu petugas nakes di PKM harus berjalan sesuai SOP. Pasien melahirkan yang datang ke Yankes dengan kondisi KPD, maksimal dibatasi waktu hanya 8 jam sejak awal pecah ketuban untuk melahirkan. Bila tidak juga melahirkan, pasien harus segera dirujuk ke RS agar segera di-SC. 

Ala kulli hal, pembukaan yang awalnya 2 hanya naik ke pembukaan 4 sampai mendekati batas waktu yang sudah distandarkan. Demi menjaga bayi agar tidak stress mencari jalan keluar, air ketuban yang makin berkurang, khawatir bayi panik sehingga memakan meconium dan ketubannya jadi hijau, demi ibu yang kasihan udah istighfar sampai meraung-raung menahan nyeri akibat kontraksi.. akhirnya ayah tanda-tangan untuk operasi sesar di RS.

MasyaAllah.. Tabarakallah ❤️❤️

(Disclaimer, sebenarnya sore menjelang malam mendekati waktu SC, bayi di dalam perut masih tenang dengan detak jantung yang baik, air ketuban juga masih ada dan jernih.. hanya ibu atau aku yang rintihannya saat menahan kontraksi yang makin kedengaran ga selow.. berkali-kali minta maaf atas banyaknya salah dan dosa, baik ke suami, ke mertua, ke tante yang ikut mendampingi.. yasudah si ayah makin mantap tanda tangan menuju SC saja)

Pengalaman hidup yang berjuta banget rasanya. Saat-saat masuk ke ruang operasi terasa dingin banget.. aku lihat ada sekitar 7 sampai 10 orang nakes yang semua buru-buru menyambut kedatangan ku saat memasuki ruangan, memindahkan dari bed hospital satu ke bed hospital operasi, memulai suntik epidural di punggung bagian bawah untuk bius lokal, sambil sesekali ngajak ngobrol menanyakan apa yang aku rasakan.

Yang ada di pikiran aku mereka itu waw.. semua kompak nolongin aku yang udah ga karu-karuan nahan kontraksi. Udah aku pasrah aja ditanya ini itu di atas bed. Alhamdulillahnya saat suntik epidural aku ga ngerasain apa-apa, malahan aku nanti-nanti banget karena aku yakin itu bisa mengurangi rasa nyeri kontraksi yang you know ya ibuk-ibuk gimana itu rasanyah.. 🥴

Dan benar, beberapa detik setelah disuntik mulai bisa rileks buat ngambil nafas, seiring bagian pinggang ke bawah terasa dingin dan kaku. Makin lama tidurannya makin tenang dan mata mulai bisa fokus lihat ke atas, ke plafon langit-langit ruang operasi. MasyaAllah.. sulit buat percaya yang aku lihat, tapi semuanya bisa disaksikan melalui plafon, langit-langit ruang operasi.. seakan aku dikasi hadiah bisa melihat bagaimana dokter mulai berkarya, ngebeset perutku satu lapisan demi lapisan, mengeluarkan bayi dari dalam, sampai menjahit kembali untuk menutup perut yang menganga.. Allahu Akbar!

Pembatas dari kain yang menghalangi pandangan ku untuk melihat perut sendiri selama proses operasi jadi ga berguna ya karena aku bisa menyaksikan seluruh prosesnya melalui pantulan bayangan di plafon, mungkin plafonnya berbahan vinil atau sejenisnya, aku tak tahu. Yang aku tau, aku seperti sedang melihat siaran langsung tayangan ibu melahirkan di YouTube.. 

Amazing.. Allahu Akbar..!

Aku yang masih terlalu kagum alias sedikit shock (?) dengan kejadian demi kejadian sejak pecah ketuban pagi hari, makin amazing lagi dengan apa yang aku saksikan malam itu di ruang operasi. Semua terjadi begitu cepat dan begitu banyak.. Sampai di momen akhirnya dokter berhasil mengeluarkan bayi dari perut dan menunjukkannya ke hadapan sembari memberi ucapan "Ibu selamat ya bayinya laki-laki.."

Ya Allah.. I am speech less.. MasyaAllah, Allahu Akbar..!



~ lanjut next part 🥰












Kamis, 21 Januari 2021

Kuatlah Wahai Anakku



Sayang.. ini postingan pertama ummi di tahun 2021, tulisan pertama ummi tentang kamu di blog ini setelah 6 bulan kamu tumbuh dan berkembang dengan nyaman di rahim ummi..

Sayang, ummi mau sampaikan kalau ummi dan ayah sudah menanti kamu sejak lama. Setiap hari, setiap bulan hingga hampir dua tahun, penantian itu dijawab dengan indah oleh Allah SWT. Kamu hadir di perut ummi, setiap perubahan kondisi tubuh ummi sejak kehadiran mu selalu ummi ingat bagaimana rasanya.. sebuah rasa yang tidak nyaman memang, tapi ummi bahagia karena dibalik rasa mual, pusing, dan serba tidak nyaman itu ada tanda sayang dari Allah atas kehadiran kamu... MasyaAllah.. tabarakallah...

Sayang ku.. dokter bilang kamu bayi laki-laki, ummi terharu mendengarnya, segera ummi kabarkan pada ayah tentang kamu karena saat itu qodarullah ayah sedang berhalangan mendampingi USG yang pertama.. ayah titip pesan supaya proses USG diabadikan dalam bentuk video, masyaAllah.. betapa ayahmu ingin berada di samping ummi waktu itu...

Anak ku sayang.. tahu kah kamu nak, Agustus 2020 pertama kali ummi dan ayah memastikan kamu benar ada di rahim ummi merupakan tahun yang berat.. bukan hanya bagi kami orangtua mu, tapi tahun yang berat bagi seluruh umat manusia. 

Allah sedang menguji dunia dengan kehadiran wabah Covid-19, suatu kejadian luar biasa yang melebihi kegawatan wabah sehingga hampir seluruh dunia diselimuti pandemik Covid-19. Hari ini sudah hampir setahun pandemik berlangsung, belum juga menunjukkan akan berakhir, tapi penyebarannya kian meluas hingga ke lingkaran yang lebih kecil dan sempit. Sudah jutaan korban dunia, bahkan diantaranya banyak yang berasal dari teman, saudara, juga sahabat ummi dan ayah. 

Sayangku.. sehat dan kuatlah kamu nak di rahim ummi.. segala keterbatasan ummi dan ayah dalam memenuhi kebutuhan mu di masa yang sulit ini, semoga menjadikan dirimu kuat dan tangguh.. bila ada kesalahan dan kekeliruan dari ummi dan ayah dalam menjagamu selama di rahim hingga kamu lahir dan besar nanti.. semoga kamu memaafkan dan Allah pun berkenan memberikan ampunan..

Sayangku.. cintaku.. buah hatiku.. tak berubah harapan ummi dan ayah padamu nak. Agar sehat badan mu, tak kurang satu apapun. Agar indah paras mu yang membawa kesejukan bagi tiap orang yang memandang. Agar sempurna pula akalmu, yang kelak kau gunakan untuk sebaik-baiknya memikirkan umat serta berjuang dan jalan Allah. Agar kelak kau jadi ahli ibadah, penghafal Al Qur'an, pejuang Islam, juga menjadi orang yang bermanfaat bagi keluarga dan ummat dengan ilmu yang kau miliki. Menjadi tabungan kebaikan ayah dan ummi, juga kakek nenek, serta orang-orang yang merasakan manfaat kebaikan dari hadirmu dan amal sholih mu.. masyaAllah.. mampukanlah aku dan suamiku ya Allah untuk melayakkan diri menjadi sebaik-baik orangtua bagi mu, sayang ku....  






Depok, siang hari di tengah mendung dan gerimis..

Catatan kegundahan hati dari calon ibu yang berharap belas dan kasih sayang Allah agar senantiasa melindungi buah hatinya, keluarganya, serta saudara-saudaranya sesama muslim... amiiin

Rabu, 13 Mei 2020

Berempatilah! Jangan Tolak Jenazah Korban COVID-19

Telah dimuat di SuaraIslam 
Pada tanggal 14 April 2020 
Link : https://suaraislam.id/berempatilah-jangan-tolak-jenazah-korban-covid-19/



Membaca perkembangan berita pandemi Covid-19 di tanah air semakin membuat sesak di dada. Betapa tidak, semakin hari perbandingan jumlah pasien positif Covid-19 dengan yang sembuh sangat jauh berbeda. Wallahu’alam, apakah kita semua akan mampu bertahan sampai akhir.

Mereka yang meninggal karena tertular virus SARSCov-2 ini tidak hanya dari masyarakat, petugas medis yang berada di garda terdepan dengan alat pelindung diri seadanya (Menggunakan jas hujan dari kantong plastik seharga sepuluh ribuan) juga turut menjadi korban. Yang paling mengiris hati, jenazah petugas medis pun ditolak oleh masyarakat untuk dimakamkan di pemakaman sekitar.

Adalah Ibu Nuria Kurniasih, perawat berusia 38 tahun di RSUP dr. Kariadi Semarang gugur pada Kamis, 9 April 2020 karena terinveksi Covid-19 saat sedang mengemban tugas. Belum lagi usai kesedihan yang menimpa keluarga karena kehilangan istri dan ibu bagi anak-anaknya, jenazah Ibu Nuria Kurniasih ditolak warga karena takut tertular virus. Padahal sudah dilakukan penanganan jenazah Covid-19 sesuai prosedur yang berlaku.
 
Innalillahi wa innailaihi roajiuun… Sepatutnya kita menaruh bela sungkawa yang sedalam-dalamnya pada beliau dan keluarga, juga penghormatan atas komitmen dan dedikasi tinggi yang telah beliau berikan. Respon berlebihan dari masyarakat di lokasi pemakaman tentu tidak akan terjadi bila memang pemerintah sekitar melakukan edukasi terkait Covid-19.

Kita semua kiranya wajib memahami bahwa jenazah korban Covid-19 yang telah ditangani sesuai prosedur khusus tidak akan menularkan virus kepada yang masih hidup. Justru dengan menguburkan jenazah tersebut secepat mungkin akan membantu memutus rantai penularan, sebab virus tidak akan bisa hidup dan menyebar melalui tanah apalagi melalui udara.

Islam sebagai agama yang mulia telah mengajarkan kita untuk memuliakan jenazah dengan pelaksanaan syariat fardhu kifayah jenazah. Bila jenazah korban Covid-19 ditolak untuk dimakamkan, lalu bagaimana kita akan menghadap Allah nanti di hari pertanggungjawaban karena melalaikan kewajiban mulia ini?

Semoga rasa takut dan khawatir berlebihan yang menghinggapi hati tidak membuat kita kehilangan kepedulian, empati dan kasih sayang. Juga tidak membuat kita kehilangan kejernihan akal untuk berpikir waras. Jangan lagi ada penolakan pemakaman jenazah korban Covid-19, apalagi penolakan jenazah para pahlawan medis yang telah berjuang untuk merawat dan mengobati di tengah perang melawan virus corona.

Cukup suster Nuria Kurniasih yang mengalami penolakan. Berempatilah! Jangan tolak korban Covid-19. Mari dukung para pahlawan medis, mulai dari dokter, perawat, apoteker, cleaning service, pegawai administrasi di rumah sakit, sampai tukang gali kubur. Dukung mereka dengan mengurangi beban berat sebagai petugas medis, sehingga kita bisa saling bahu-membahu dan saling menguatkan satu sama lain. Wallahu’alam. []

Fatmah Ramadhani
Ibu Rumah Tangga, tinggal di Depok

Muhasabah Jelang Ramadhan di Tengah Wabah

Oleh: Fatmah Ramadhani
Ibu Rumah Tangga, Depok
emakpeduligenerasi@gmail.com

Telah dimuat di Islampos.com
Link : https://www.islampos.com/muhasabah-jelang-ramadhan-di-tengah-wabah-186684/

KITA tengah memasuki pekan keempat stay at home dan work from home, tetap di rumah dan bekerja dari rumah. Sambil menghitung hari datangnya bulan suci Ramadhan, kita juga sedang menghitung hari menghadapi masa puncak penyebaran Covid-19.

Data terakhir menginfokan hampir 3.000-an orang positif Covid-19 sejak akhir Februari 2020. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sendiri telah memperpanjang status keadaan darurat bencana menjadi 91 hari hingga tanggal 29 Mei nanti.

La hawla wa la quwwata illa billah, sungguh tiada daya dan kekuatan melainkan hanya dari Allah. Kiranya ini yang harus kita lafadzkan setiap hari, memohon kekuatan dan pertolongan Allah SWT agar sudi kiranya mengakhiri penularan virus corona sebelum bulan suci Ramadhan menghampiri. Aamiin, insya Allah.

Mari kita bermuhasabah. Setelah melalui beberapa waktu menjaga diri di rumah sebagai upaya memutus penyebaran virus corona, selayaknya membuat kedekatan kita kepada Allah semakin erat, kepedulian untuk saling berbagi semakin tinggi, serta keharmonisan keluarga semakin syahdu.

Bagaimana tidak, bila sebelum ada pandemi Covid-19 kita sibuk beraktivitas di luar sehingga kurang khusyuk melaksanakan amal ibadah, maka hampir sebulan belakangan sebagian besar waktu kita ada di rumah. Sudah sewajarnya shalat kita semakin khusyuk, Al-Qur’an kembali dibuka untuk meningkatkan bacaan, bahkan bisa ditambah dengan mulai menghafalnya.

Allah SWT berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَ بَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَ الْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan yang di dalamnya -mulai- diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan yang nyata yang menunjuk kepada kebenaran, yang membedakan antara yang haq dan yang bathil.” (QS Al-Baqarah: 185)

Pandemi Covid-19 melatih kita untuk menggunakan waktu di rumah dengan sebaik-baiknya. Mendekatkan diri kepada Allah melalui Al-Qur’an bisa kita lakukan mulai sekarang agar saat Bulan Ramadhan nanti kita tidak kaget dan tergesa-gesa.

Di sisi lain, bagi sebagian yang masih mendapat penghasilan dari work from home, sekarang adalah waktunya membantu orang-orang di sekitar yang tidak bisa terus di dalam rumah. Bagai mempertaruhkan nyawa tertular virus corona, mereka harus tetap mencari nafkah di luar. Masya Allah, sekali lagi corona mengajarkan kita untuk berbagi kebaikan sebelum Bulan Ramadhan, pastinya agar saat Ramadhan tiba kita makin terbiasa melakukannya.

Firman Allah SWT dalam Surah Ali ‘Imran Ayat 134:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.“

Semua kalangan saat ini memang sedang mengalami kesulitan dan kesempitan hidup akibat pandemi Covid-19, tapi sungguh mulia ajaran Islam yang menganjurkan umatnya untuk saling berbagi dan saling membantu di kala sempit, bahkan ini termasuk amal utama yang sangat mulia.

Kita tidak hanya memikirkan menyelamatkan diri dan keluarga sendiri, tapi dengan menyelamatkan saudara yang sedang mengalami kesulitan, maka kita berharap di yaumil akhir kelak Allah sudi membantu saat tidak ada pertolongan apapun kecuali dari-Nya.

Dan tentu saja selama kita stay at homesudah semestinya benih-benih cinta kepada pasangan serta anak-anak semakin tumbuh bersemi. Biasanya kita hanya bersua di pagi hari sebelum berangkat kerja atau sesaat sebelum istirahat malam, kini kita punya waktu dari pagi hingga malam berkumpul bersama keluarga.

Mengajarkan rasa sabar dan syukur dalam jiwa keluarga karena masih diberi kesehatan di tengah wabah Covid-19, melakukan ibadah harian bersama-sama seperti shalat berjamaah dan tadarus Al-Qur’an, mendampingi anak-anak belajar online, memasak, mencuci baju, menanam bunga, membersihkan rumah dan masih banyak lagi.

Sehingga kita benar-benar menghayati perintah Allah berikut ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At-Tahrim: 6)

Mudah-mudahan para korban yang meninggal mendapat pahala sebesar pahala syahid di hadapan Allah, serta keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan ketabahan. Dan Allah pun memberi pertolongan dengan mengakhiri pandemi ini.

Kita yang masih sehat, semoga mampu mengambil ibrah dari corona. Semakin sering bertobat untuk membersihkan diri dan mulai menghidupkan amal shalih walau Ramadhan belum menghampiri. Hingga amal kebaikan itu senantiasa melekat dalam diri kita setiap hari, setiap bulan, sepanjang hayat. Wallahu’alam bishawab. []